Afra Binti Ubaid, Ibu dari Tujuh Syuhada - Kisah Rasulullah dan Sahabat
Afra Binti Ubaid, Ibu dari Tujuh Syuhada

Afra Binti Ubaid, Ibu dari Tujuh Syuhada

Share This
Sejumlah jamaah berziarah ke pemakaman Syuhada Uhud, sekitar lima kilo meter sebelah utara Kota Madinah, Ahad (13/8). (Republika/Amin Madani)
Setidaknya ada dua sahabiyah Nabi Muhammad SAW yang memiliki nama Afra. Mereka adalah Afra binti Assakan dan Afra binti Ubaid. 
 
Namun, nama yang disebutkan terakhir dianggap lebih terkenal dan memiliki kemuliaan yang jarang dimiliki oleh perempuan lain. Nama lengkapnya adalah Afra bintu Ubaid Tsa'labah An-Nahhariyah Al-Anshariyah. Kemuliaan yang dia miliki adalah ketujuh anaknya gugur membela agama Islam dan meninggal dunia sebagai syuhada.

Tujuh anak ini didapatkan Afra dari tiga kali pernikahan, tetapi dari dua laki-laki yang berbeda. Pertama, Afra menikah dengan Al Harits bin Rifa'aj, dan mereka dikarunai tiga orang anak, yaitu Mu'adz, Mu'awwidz, dan Auf. Mereka dikenal sebagai bani Harits dan termasuk ke dalam kaum Anshar. Namun, Al Harits kemudian menceraikan Afra.

Setelah itu, Afra menyambangi  Makkah dan menikahi Al Bukair bin Abdya Al-Laitsy. Dari pernikahan kedua ini, Afra mendapatkan empat anak. Mereka adalah Aqil, Khalid, Iyas, dan Amir. Empat anak Afra ini termasuk orang yang terdahulu menerima risalah dari Nabi Muhammad SAW. Mereka kerap menghadiri dakwah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh Rasulullah SAW di rumah Arqam bin Abil Arqam.

Sebelum datang perintah hijrah, Afra dan Bukair bercerai. Afra akhirnya memutuskan kembali ke Madinah dan hidup di sana. Salah satu putra Afra, Auf bin Afra, merupakan salah satu peserta Baiatul Aqabah pada tahun ke-11 kenabian Rasulullah SAW. 


Pada saat itu, Rasulullah SAW bertemu dengan enam orang pemuda Yastrib, nama Madinah sebelum hijrah Rasulullah SAW, di Aqabah. Mereka pun berbaiat dan masuk ke agama Islam. Salah satu dari enam pemuda Yatsrib itu adalah Auf bin Afra.

Dalam mendidik anak-anaknya, Afra memang menanamkan sikap untuk setia dan rela berkorban walaupun harus mengorbankan nyawa demi agama. Afra juga senantiasa mendorong putranya untuk terjun dan terlibat dalam setiap peperangan yang dijalani kaum Muslimin. Tujuh anak Afra bahkan, disebutkan terjun dan menjadi saksi dalam Perang Badar.




 

Namun, empat putra Afra tersebut mati syahid di medan pertempuran Perang Badar. Mereka adalah Aqil, Auf, Ma'udz, dan Mu'awwidz. Selain itu, putra-putra Afra yang lain juga meninggal dunia saat membela agama Allah. Khalid bin Bakir meninggal di tragedi Yaumurraji' di Najd, yaitu saat 10 sahabat Rasullah SAW wafat di Sumur Raji. Pada saat itu, suku Hudail, suku Adzl, dan suku Qarah berpura-pura meminta Rasulullah SAW untuk mengirim sahabat-sahabat guna mengajari mereka agama Islam. Sesampainya di Sumur Ar Raji', mereka malah diserang oleh Suku Hudail.

Sementara, Amer gugur dalam peristiwa Bi'ir Ma'unah, peristiwa pengkhianatan sejumlah suku kepada Rasulullah SAW. Peristiwa itu pun hampir sama dengan yang terjadi di Sumur Ar Raji'. Pengkhianatan suku-suku ini tidak terlepas dari kekalahan kaum Muslimin di Perang Uhud. Sedangkan, anak Afra yang lain, Iyas gugur dalam peristiwa Yamamah, peperangan kaum Muslimin dengan para pengikut nabi palsu, Musailamah Al Kadzzab, pada masa khalifah Abu Bakar Ash Shidiq.

Kisah kepahlawan putra-putra Afra ini pun sempat diriwayatkan dalam hadis sahih Bukhari (nomor: 3141) dan Muslim (nomor: 4668). Seperti diriwayatkan Abdurrahman bin Auf, ''Sesungguhnya aku berdiri dalam barisan perang (para Perang Badar), kulihat di sisi kanan dan kiriku ada orang yang lebih kuat dari mereka (pasukan kaum Kafir). Ketika itu, salah seorang dari mereka bertanya, 'Paman, tolong tunjuki aku Abu Jahal?' Pada saat itu, aku menjawab, 'Ya, aku mengenalnya, apa urusan kalian dengannya?'

Ia berkata, 'Aku mendengar, ia selalu mencari Rasulullah SAW. Demi Allah yang nyawaku berada di tanga-Nya, jika aku melihatnya aku tidak akan membiarkannya lepas dariku, ia yang mati dahulu atau aku.'' Aku pun kaget dengan jawaban anak muda itu. Kemudian, anak kedua juga bertanya hal yang sama kepadaku.''

Ternyata dua pemuda yang bertanya kepada Abdurrahman bin Auf itu adalah putra Afra, Muadz bin Afra. Selain itu, dalam riwayat lain, saudara Muadz, Muawwidz bin Afra, juga ikut melukai Abu Jahal. Kedua anak Afra ini pun turut andil dalam terbunuhnya Abu Jahal dalam Perang Badar. Pada saat kabar ini disampaikan kepada Rasulullah SAW, beliau bertanya siapa yang telah membunuh Abu Jahal, kedua anak Afra ini pun mengaku sudah membunuh Abu Jahal. Kemudian, Rasulullah SAW mengutus Ibnu Mas'ud untuk memastikan kematian Abu Jahal.

Begitu kabar kematian Abu Jahal telah dipastikan, Rasulullah SAW pun bersabda, ''Semoga Allah menyayangi kedua anak Afra. Keduanya adalah anggota gabungan pembunuh Firaun di tengah umat ini dan pemimpin kekafiran.'' Kemudian, sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ''siapa yang bergabung dalam pembunuhan tersebut?'' Rasulullah SAW menjawab, ''para Malaikat dan Ibnu Mas'ud telah bergabung dalam pembunuhannya itu.'' Dalam hadis ini, Rasulullah SAW menyebut Abu Jahal sebagai Firaun di umat Islam saat itu dan pemimpin kekafiran.



 








Tidak seperti budaya di bangsa Arab pada umumnya, yang biasanya menasabkan nama anak laki-laki ke ayah mereka, tapi anak-anak Afra yang lahir di Madinah dinisbahkan namanya kepada ibunya, yaitu Afra, dan menjadi Muadz bin Afra, Muawwidz bin Afra, dan Auf bin Afra. Ini merupakan sebagai bentuk penghormatan terhadap Afra bin Ubaid.

Selain itu, Afra juga disebut memiliki kemuliaan di sisi Ummul Mukminin, Saudah binti Zam'ah. At-Thabrani menyebut, Ummul Mukminin membantu keluarga Afra dalam meringankan beban kesedihan setelah kematian Auf dan Muawwidz. Keimanan memang telah membawa Afra dan anak-anaknya untuk terus setia membela agama Allah. Tidak hanya itu, Afra juga memberikan contoh dan teladan keikhlasan seorang muslimah untuk berkorban demi tegaknya agama Islam. 



REPUBLIKA

Pages