"Tetapi karena saya memiliki akal," kata Imam Al Ghazali," saya yakin tak mungkin air membengkokkan batang kayu itu."Namun Al Ghazali juga berpikir, suatu saat akalnya mungkin salah. Beliau kemudian menemukan, ada cara ketiga untuk tahu, yakni kalbu. Dan kemampuan itu bisa diraih lewat riyadhah atau latihan ruhani.
Karena kita percaya satu hadits yang berbunyi,"Addinu huwal aqlu, la dinu liman la aqlalahagama itu akal, tak ada agama bagi orang yang tak menggunakan akal, maka kita yakin peristiwa Isra Mikraj sangatlah masuk akal. Tetapi menerima dengan akal saja tentu tak cukup.
Kita sebaiknya menghayati peristiwa itu dengan menggunakan riyadhah. Latihan, agar kita bisa merasakan kehangatan cinta seorang Nabi kepada umatnya, yang karenanya, meski ia telah sampai ke Sidratul Muntaha, tempat tak satu pun malaikat mukarrabin bisa mencapainya dan berjumpa Allah Sang Kekasih, tetap kembali turun ke bumi untuk membagikan agama kasih sayang ini.
Sepatutnya kita bersalat sebagaimana sabda Nabi, Salatlah kamu seperti kau hendak meninggalkan dunia ini.Yakni salat yang bisa mencelatkan kita ke Sidratul Muntaha, bertemu Allah SWT, sehingga salat kita benar-benar menjadi benteng segala goda dunia. [ ]
MOZAIK