Menjadi haji mabrur adalah juga menjadi orang yang tambah dermawan
setelah pulang ke kampung halaman. Maka, untuk bapak dan ibu haji yang
sedang berada di Baitullah, inilah kisah menarik dari Ibnu Abbas,
seperti tercantum dalam kitab "Tanbihul Ghafilin karya Abullaits
As-Samarqandi:
Suatu saat Rasulullah saw melewati orang yang sedang menggelantung di kelambu Ka'bah sambil menjerit-jerit:
أسأٙلُك بحُرمةِ هذاالبيتِ أنْ تٙغْفِرٙلى.
("Aku mohon kepada-Mu dengan kehormatan Rumah ini agar Engkau mengampuniku.").
Rasulullah
SAW menegur: "Wahai 'abdullah, mintalah dengan kehormatanmu, karena
kehormatan mukmin lebih agung di sisi Allah daripada kehormatan Rumah
ini."
Lelaki itu menjawab: "Ya Rasulullah, aku punya dosa yang sangat besar sekali.”
”Memangnya dosamu apa?" tanya beliau.
Sahut orang itu: "Aku banyak harta, ternak dan kuda, tetapi jika ada
orang datang meminta sesuatu, seolah ada nyala api keluar dari wajahku
saking marah dan bencinya kepada peminta-minta itu."
Rasulullah SAW marah seraya menuding orang itu:
تٙنٙحّٙ عنِّى يا فاسِقُ لاتُحْرِقْنِى بِنٙارِك
.....
("Pergi kamu dari sisiku, wahai org fasiq!! Jangan bakar aku
dengan apimu.... Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, seandainya kamu
berpuasa 1000 tahun dan shalat 1000 tahun kemudian kamu mati dalam
keadaan kikir seperti ini, niscaya Allah akan melemparkan kamu ke dalam
neraka. Ketahuilah, kikir itu sebagian dari kufur dan kufur itu berada
di neraka, sedangkan dermawan itu sebagian dari iman dan iman itu berada
di surga").
Rasulullah SAW menggambarkan perbedaan antara sifat dermawan dan kikir dalam perumpamaan yang indah ini:
"Dermawan
adalah pohon dari pohon-pohon di surga yang dahan-dahannya terjulur ke
bumi. Barangsiapa meraihnya, dia akan ditarik oleh dahan-dahan itu ke
surga. Sedangkan kikir adalah pohon dari pohon-pohon di neraka yang
dahan-dahannya terjulur ke bumi. Barangsiapa meraihnya, dia akan ditarik
oleh dahan-dahan itu ke neraka."
Semoga kita mendapat haji mabrur dan kembali lagi ke tanah air menjadi orang yang lebih dermawan dari sebelumnya.
Oleh: Didin Sirodjudin AR, Pengasuh Pesantran Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka).
IHRAM
Baca juga: