Kasih Sayang Rasulullah dalam Keluarga - Kisah Rasulullah dan Sahabat
Kasih Sayang Rasulullah dalam Keluarga

Kasih Sayang Rasulullah dalam Keluarga

Share This

Ibnu Umar pernah datang kepada Aisyah ra. dan berkata, “Izinkan kami di sini sejenak dan ceritakanlah kepada kami perkara paling memesona dari semua yang pernah engkau saksikan pada diri Nabi.”
Aisyah menarik nafas panjang. Kemudian dengan terisak menahan tangis, ia berkata dengan suara lirih, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba. Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku.”
Penggalan kisah menarik ini, sarat dengan pelajaran bagi kita semua. Bahwa Rasulullah merupakan sosok yang sangat memesona kepribadiannya. Terkhusus bagi keluarga dan sahabat dekatnya, Rasulullah adalah contoh nyata bagaimana menjadi seorang ayah, suami dan sekaligus pemimpin umat yang berlimpah kasih sayang.
Ketika kini, banyak para bapak enggan mengusapkan tangan ke pipi anaknya yang sedang meneteskan airmata. Mereka juga tidak pernah menyempatkan diri, meski cuma sekali, untuk membaringkan tubuh anaknya yang letih, hanya karena mereka merasa telah banyak berjasa dengan mencari uang yang tak seberapa.
Mereka ingin dihormati oleh anak-anaknya, tetapi dengan menciptakan jarak sehingga anak tak pernah sanggup mencurahkan isi hatinya kepada bapaknya sendiri. Mereka ingin menjadi bapak yang disegani, tetapi dengan cara membangkitkan ketakutan. Padahal, Rasulullah saw sering mencium putrinya, Fatimah az-Zahra. Bahkan ketika putrinya itu telah beranjak dewasa.
Berikut ini beberapa contoh teladan dari junjungan kita Muhamamad saw. Sepantasnya kita sebagai umatnya beruswah (meneladani) kepada Rasulullah dalam bersikap dan berperilaku di dalam keluarga.
***
Dari Aisyah ra: Ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi Muhammad sambil berkata, “Engkau mencium anak-anak, sedangkan kami tidak pernah mencium mereka.” Nabi pun menjawab, “Apa dayaku apabila Allah telah mencabut kasih sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari).
Rasulullah mencontohkan bagaimana menyayangi anak. Pernah, ia menggendong cucunya, Umamah binti Abi al-Ash, ketika sedang salat. Jika rukuk, Umamah diletakkan dan ketika bangun dari rukuk, maka Umamah diangkat kembali.
Pernah juga Rasulullah bermain kuda-kudaan dengan cucunya yang lain, Hasan dan Husain. Ketika Rasulullah sedang merangkak di atas tanah,sementara kedua cucunya berada di punggungnya, Umar datang lalu berkata,“Hai Anak, alangkah indah tungganganmu.” Rasulullah menjawab, “Alangkah indahnya para penunggangnya!”
Sementara Usamah bin Zaid memberi kesaksian, “(Sewaktu aku masih kecil) Rasulullah pernah mengambil aku untuk didudukkan pada pahanya, sedangkan Hasan didudukkan pada paha beliau yang satunya, kemudian kami berdua didekapnya, seraya berdoa, “Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena aku telah mengasihi keduanya.” (HR. Bukhari).
Abu Hurairah ra pernah menceritakan, “Rasulullah pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan al-Hasan bin Ali ra. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu segera menghambur menuju Rasulullah dengan riang gembira.
Pernah Beliau salat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah saw dari suaminya yang bernama Abul ‘Ash bin ar-Rabi’. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya. (Muttafaq ‘alaih).
Kisah tentang Rasulullah bersama anak adalah kisah tentang kasih sayang. Ia memendekkan salatnya ketika mendengar tangis anak. Karena anak pula, Rasulullah pernah bersujud sangat lama. Begitu lamanya Rasulullah bersujud sampai-sampai para sahabat mengira Rasulullah sedang menerima wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah, ada cucu yang menaiki punggungnya.
Tentang mencintai anak, Rasulullah saw pernah bersabda, “Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki.” (HR. ath-Thahawi).
Air mata Nabi Muhammad pun menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim. Abdurrahman bin ‘Auf ra. bertanya kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari)
Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Nabi Muhammad saw tidaklah marah, memukul, membentak, dan menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.
Hari ini, ketika kita mengaku sebagai umat Muhammad, apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita? Apakah kita telah mengusap kepala anak-anak sebagaimana Rasulullah. melakukan? Apakah kita juga telah mengecup kening anak-anak kita yang sangat rindu kasih-sayang orang tuanya?
Ataukah kita seperti Aqra’ bin Habis at-Tamimi yang tak pernah mencium anaknya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages